Multikulturalisme dan Perkembangan Sosial Anak: Apa yang Perlu Orang Tua Ketahui?

Mahasiswa Magister Sains Psikologi UNIKA Soegijapranata, Krisma Aulia. Foto-Istimewa

Oleh: Krisma Aulia

Indonesia telah dikenal dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke, keberagaman suku, agama, bahasa, dan adat istiadat menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa ini. 

Keberagaman tersebut bukan hanya mencerminkan sejarah panjang bangsa Indonesia, tetapi juga kekuatan yang dapat memperkaya pengalaman sosial dan budaya setiap warganya.

Dengan ratusan bahasa daerah, ratusan suku bangsa, ras, dan berbagai macam kepercayaan Indonesia kaya dengan nilai-nilai multikultural (Nurcahyono 2018). 

Multikultural adalah pengakuan atau penerimaan atas perbedaan dan keanekaragaman dalam budaya sosial, nilai budaya, keyakinan, kebiasaan, gender, maupun politik tanpa membedakan kelompok (Darling-Hammond et al., 2020). 

Oliver (2013) menyatakan bahwa multikultural memberikan pendidikan yang mengajarkan perbedaan-perbedaan kultur yang ada. 

Kesadaran akan pentingnya sikap saling toleransi, menghormati suku, agama, budaya, dan etnis menjadi landasan utama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai (Wulandari, 2021).

Multikultural menekankan betapa pentingnya menghargai dan mengakui keberagaman budaya. 

Hal tersebut menjadikan multikultural perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. 

Penanaman nilai-nilai multikultural yang efektif tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal. 

Salah satunya dapat dilaksanakan dalam keluarga. Keluarga memiliki peranan utama dalam mengasuh dan mendidik anak di segala adat dan etika yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. 

Orang tua merupakan pendidik pertama bagi seorang anak, sehingga memiliki peran yang penting dalam menanamkan nilai-nilai yang baik. Yusinta (2016) menyatakan bahwa pendidikan orang tua kepada anak menjadi modal utama agar seorang anak dapat berkembang dengan baik. 

Peran orang tua merupakan hal utama untuk anak, bagaimana anak berperilaku merupakan cerminan dari didikan orang tuanya. Dike (2017) menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya peran orang tua berpengaruh terhadap sosial emosional anak.

Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai kepada anak, menjadi dasar keberhasilan pendidikan dirumah. 

Salah satu yang penting untuk ditanamkan kepada anak adalah penanaman nilai-nilai multikultural karena Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman suku, budaya, bahasa dan agama.

Anak-anak yang terpapar multikulturalisme memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan sosial, empati, dan toleransi yang lebih baik. 

Multikulturalisme memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan sosial anak, terutama dalam pembentukan nilai, identitas, dan keterampilan sosial. 

Dalam lingkungan yang kaya akan keberagaman budaya, anak-anak memiliki kesempatan untuk belajar menghargai perbedaan, memahami perspektif orang lain, dan mengembangkan rasa toleransi. 

Pengalaman ini penting untuk membangun dasar yang kuat dalam hubungan interpersonal dan kerja sama di masa depan.

Paparan terhadap berbagai budaya juga dapat memperkaya perkembangan kognitif dan emosional anak. 

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan multikultural sering kali menunjukkan pemikiran yang lebih fleksibel dan keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik. 

Mereka cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan mampu mengelola situasi sosial yang kompleks dengan lebih percaya diri.

Untuk mendidik anak dalam konteks multikultural, orangtua perlu mengajarkan nilai-nilai saling menghargai dan memahami perbedaan sejak dini. 

Orangtua bisa memperkenalkan anak pada beragam budaya, bahasa, dan tradisi yang berbeda melalui cerita, musik, makanan, atau perjalanan. 

Dengan cara ini, anak bisa belajar untuk terbuka terhadap perbedaan dan menghargai keberagaman yang ada di sekitar mereka.

Selain itu, orangtua juga perlu menjadi teladan dengan menunjukkan sikap toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketika anak melihat orangtua memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang, mereka akan lebih cenderung meniru sikap tersebut.

Mendorong anak untuk berinteraksi dengan teman-teman yang berasal dari berbagai latar belakang budaya juga sangat penting. 

Hal ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan sosial dan empati, serta belajar untuk bekerja sama dengan orang lain yang memiliki pandangan atau cara hidup yang berbeda.

Penting bagi orang tua memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan mereka mengenai keberagaman, serta mengajarkan mereka cara berdialog dengan bijak. 

Hal ini dapat memperkuat kemampuan anak dalam menghadapi perbedaan secara positif, yang sangat penting dalam perkembangan sosial mereka.

Meskipun pendidikan multikulturalisme pada anak memiliki banyak manfaat, tantangan-tantangan mungkin akan tetap muncul. 

Salah satunya adalah konflik identitas, di mana anak mungkin merasa bingung atau kesulitan dalam menyeimbangkan nilai-nilai dari budaya yang berbeda. 

Mereka mungkin merasa terpecah antara budaya keluarga mereka dan budaya yang ada di lingkungan sekitar, yang dapat memengaruhi rasa percaya diri dan pemahaman mereka tentang siapa mereka. 

Selain itu, diskriminasi juga menjadi tantangan yang nyata, karena anak dapat menghadapi stereotip atau perlakuan tidak adil berdasarkan latar belakang budaya mereka. 

Hal ini bisa memengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, orang tua harus memberikan dukungan emosional yang kuat dengan menciptakan lingkungan yang aman, penuh kasih, dan terbuka bagi anak untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka. 

Dengan cara ini, anak akan merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka memahami dan merayakan keberagaman.

Dari artikel ini dapat di tarik kesimpulan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan keberagaman budaya sejak dini. 

Dalam proses perkembangan sosial anak, pengajaran nilai-nilai multikultural dapat memperkuat rasa toleransi, empati, dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Orang tua dapat melakukannya dengan memberikan contoh sikap saling menghormati, mengenalkan anak pada berbagai budaya, serta mendorong interaksi sosial dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda. 

Semua ini akan membantu anak berkembang menjadi individu yang lebih terbuka, inklusif, dan mampu beradaptasi dengan dunia yang semakin global dan beragam.

Referensi

1. Susianti OM. Analisis Peran Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Multikultural di Lingkungan Keluarga pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Rokania . 2020; 5 (3): 366 – 37.

2. Hutagalung R, Ramadan ZH. Peran Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Multikultural di Lingkungan Keluarga Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2022; 6 (5): 4967-4991.

3. Kasmiati. Perencanaan Pembelajaran Nilai Multikultural Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2022; 6 (1): 492-504.

4. Tabi’in A. Pengenalan Keanekaragaman Suku Agama Ras dan Antar Golongan (SARA) untuk Menumbuhkan Sikap Toleransi pada Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Pekalongan, 2020; 9 (2): 138-149.

5. Hafiiyah H, Arifin Z. Perkembangan Sosial Anak dan Pengaruhnya Bagi Pendidikan : Ditinjau dari Kemampuan Emosional Anak. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kebudayaaan dan Agama,2024; 2 (2): 21-28.

6. Leuwol FS, Jamin NS, Ayu SK. Psikologi Multikultural dalam Praktik: Menghadapi Tantangan Kesejahteraan Mental di Era Global dengan Pemahaman dan Pendekatan yang Beragam. Jurnal Multidisiplin West Science, 2023; 2 (8): 649-659.

7. Fajar Y, Hastjarjo TD. Peran Pandangan Dunia dan Emosi Positif terhadap Kepribadian Multikultural. Gadjah Mada Journal Of Psychology, 2017; 3 (2): 110-122.

8. Ardiati RK. Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kepribadian Anak Usia Dini. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 2018; 3(3):73-79.

9. Hasanah U. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini. Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2018; 2 (1): 35-52.

10. Asitah N, Laili. Dinamika  Psikologi  Anak  dalam  Proses Pendidikan:   Perspektif   Seorang  Calon Guru Sekolah Dasar. 2024; 1 (1): 1-6.

Penulis merupakan Mahasiswa Magister Sains Psikologi UNIKA Soegijapranata 

Lebih baru Lebih lama