SUARAMILENIAL.ID, BANJARMASIN - Korban malapraktik salah satu rumah sakit milik pemerintah di Banjarmasin berinisial MS (38) akhirnya buka suara ke publik.
Ia mengaku trauma usai kepala anaknya putus saat prosesi persalinan.
"Saya masih trauma dan terbayang-bayang dengan kejadian kemarin," ucap MS kepada awak media, Jumat (27/4) kemarin.
Ia pun menceritakan kronologis kejadian nahas tersebut.
Awalnya, ia sakit perut dan mengalami pecah ketuban di usia kandungan 8 bulan.
Selanjutnya, ia dilarikan ke Rumah Sakit Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Sesampai di sana, ternyata RS Sultan Suriansyah penuh.
Alhasil, dirinya dirujuk ke rumah sakit lain yang belakangan diduga melakukan malapraktik terhadap korban.
"Ruangannya penuh di Rumah Sakit Sultan Suriansyah. Saat di RS itu (RS yang diduga melakukan malapraktik, red) kita dilarikan langsung ke Unit Gawat Darurat (UGD)," katanya.
Ketika diperiksa, MS langsung diberi tindakan pihak medis. Sebab dirinya sudah mengalami pembukaan terakhir.
"Dokter tahu bahwa anak saya di dalam perut sudah posisi sungsang. Tapi langsung diberikan tindakan oleh mereka," imbuhnya.
Ia pun diminta pihak medis mengejan untuk mengeluarkan bayi tersebut.
Ketika badan bayi itu keluar, suami MS kaget bukan kepalang lantaran melihat kepala anaknya putus dan tertinggal di rahim.
"Tak sadar saat itu, suami saya yang melihat secara langsung," tambahnya.
Lantas, pihak dokter langsung menyuruh suami MS untuk keluar dari ruangan persalinan.
"Jadi saya sendiri aja di dalam itu. Salah satu perawat memasukkan tangannya untuk mengambil kepala anak saya," bebernya.
Ia sempat mengira di dalam rahimnya masih ada sang buah hati.
Namun, saat dirinya meminta duduk baru melihat sang anak dengan posisi tertelungkup tanpa kepala.
"Saya kira ada bayinya, saat saya duduk anak saya sudah di hadapan tak ada kepala. Melihat itu aku tak berdaya," ungkapnya.
Sehari setelah kejadian, MS disuruh pulang oleh pihak rumah sakit.
"Minggu tanggal 14 April melahirkan, besok Senin pulang, karena sudah tidak ada lagi pengobatan kata dokter," cetusnya.
"Saya malah disuruh belajar jalan ke WC atau ke mana gitu saat pemulihan," tambahnya.
Ia pun hanya mengurung diri di rumah dengan perasaan sedih. Sesekali ia menangis mengingat kejadian kelam itu.
Lantaran tak terima, ia melaporkan kasus itu ke polisi. Selanjutnya dirinya menjalani visum di Rumah Sakit Bhayangkara.
Reporter : Amrullah
Editor : Muhammad Robby