Peneliti Senior Jaringan Suara Indonesia (JSI) Jakarta, Dirham Zain. Foto-goodnews |
SUARAMILENIAL.ID, BANJARMASIN - Peneliti Senior Jaringan Suara Indonesia (JSI) Jakarta, Dirham Zain, meragukan hasil survei elektabilitas bakal calon kepala daerah Kalimantan Selatan yang dilakukan Lembaga Studi Politik dan Pemerintahan (LSPP).
Pasalnya, ia menemukan banyak kejanggalan dari survei yang dilakukan pada 26 Februari hingga 3 Maret 2024 tersebut.
“Ada banyak hal yang membingungkan saya terkait survei Pilkada oleh LSPP ini, di antaranya tidak menyebutkan berapa margin of error dan tingkat kepepercayaan. Jika jumlah responden sebanyak 1.074 orang mestinya margin of error berada di kisaran 3,1 persen,” ucap Dirham Zain dilansir jejakrekam, Selasa (2/4) pagi.
Mantan Staf Ahli Gubernur Kalsel era Sjachriel Darham ini juga menanyakan berapa persen tingkat pengenalan dan kesukaan dalam survei tersebut.
“Yang saya lihat justru langsung loncat ke tingkat keterpilihan (elektabilitas-red). Ini sangat aneh, bagaimana kita bisa tahu tingkat keterpilihan jika tidak dikenal dan disukai,” kata Dirham.
Selain itu, sambung dia, dalam survei ini responden boleh menyebut atau menentukan pilihan maksimal 5 orang calon gubernur.
“Dalam survei pemilih itu tidak boleh lebih dari 1 pilihannya terhadap bakal calon gubernur,” bebernya.
Ia melihat sebanyak 1.074 responden terkesan daur ulang.
Artinya, bisa jadi responden untuk bakal calon gubernur digunakan juga untuk survei bakal calon bupati atau walikota.
Bahkan, ada juga nama bakal calon gubernur yang sudah meninggal dunia.
“Jika ditotal persentase dalam survei tersebut ada yang tidak mencapai 100%,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa survei bukan sekadar dibaca, tapi harus bisa diterjemahkan ke dalam sebuah strategi pemenangan.
Sebab, jika hanya dibaca semua orang juga bisa melakukannya.
“Seingat saya di ULM Banjarmasin ada Dr. Taufik Arbain yang sudah teruji dan memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang survei,” jelas Ketua Umum PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) Kota Banjarbaru (tahun 1999-2014) ini.
Kendati demikian, Dirham menyadari jika kritik darinya ini pasti ada yang membuat pihak lain merasa tersingung.
“Pada intinya dalam survei kita boleh salah, tapi kita tidak boleh berbohong,” tegasnya.
Hal ini, kata dia, karena survei tersebut menyangkut kaidah ilmiah.
Mengenai siapa dan pihak mana yang membiayai survei tersebut tidak jadi masalah.
“Yang terpenting sepanjang independensi dan hasil survei tetap terjaga,” pungkasnya.
Reporter : Newswire
Editor : Muhammad Robby