Jill Stein. Foto-AP |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA - Jill Stein menjadi sorotan usai ditangkap gegara mengikuti demo bela Palestina di Washington University di St. Louis, Amerika Serikat, Sabtu (27/4).
Ia merupakan salah satu kandidat calon presiden AS dari Partai Hijau (Green Party) yang vokal menyuarakan dukungannya terhadap hal kemanusiaan.
Para demonstran yang terdiri dari mahasiswa serta dosen tersebut menuntut sejumlah kampus di AS agar memboikot institusi pendidikan Israel dan mendorong hak kebebasan berpendapat mereka.
Stein yang juga merupakan seorang politikus dan aktivis lingkungan juga turut serta dalam aksi tersebut.
Sebelumnya, Stein merupakan lulusan dari Universitas Harvard di bidang kedokteran. Ia mendapat gelar dokter spesialis penyakit dalam.
Stein pertama kali terjun ke dunia politik pada 2002 saat Partai Pelangi Hijau Massachusetts memintanya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur wilayah tersebut.
Selain itu, ia kerap terlibat dalam beberapa agenda politik seperti pemilihan wakil negara bagian pada 2004 hingga pemilihan Menteri Luar Negeri pada 2006.
Stein juga pernah didorong kembali oleh partainya pada 2010 sebagai kandidat gubernur Massachusetts.
Kiprah politik dan aktivisme
Melansir BallotPedia, Stein mulai mendapatkan nama usai melakukan sebuah protes karena kasus sengketa tanah untuk pabrik batu bara.
Kiprah aktivisme Stein juga terlihat sejak kuliah. Dia ikut menghadapi pejabat kampus untuk memprotes dugaan hubungan Harvard dengan militer dan kebijakan luar negeri AS.
Ia lanjut beberapa kali melakukan advokasi lingkungan yang menggarisbawahi isu kesehatan manusia.
Atas kiprah Stein di dunia aktivisme lingkungan, ia direkrut oleh Partai Hijau sebagai seorang kandidat politik yang kuat.
Bahkan, Stein menyusun rencana "agenda pro-pekerja, anti-perang, dan darurat iklim" untuk kampanye presidennya.
Melansir dari Washington Post, Stein juga aktif sangat aktif dalam mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza dan beberapa kali mengkritik Biden.
Ia sempat mengatakan bahwa Biden telah gagal dalam menghentikan "amukan genosida".
Namun, Stein ditangkap usai berusaha meredakan situasi antara demonstran dan polisi di Washington University.
"Seperti yang disampaikan Stein, sangat memalukan jika pihak administrasi universitas membiarkan penggunaan kekerasan terhadap mahasiswa mereka sendiri yang sekadar meminta perdamaian, hak asasi manusia, dan diakhirinya genosida yang dibenci oleh rakyat Amerika," ujar juru bicara kampanye Stein, David Schwab, Sabtu (27/4).
Stein juga mengunggah dalam media sosial X yang menyatakan bahwa ia tetap akan terus mendukung generasi muda dalam mendapatkan kebebasan berpendapat mereka.
"Kami akan berdiri di sini sejalan dengan para mahasiswa yang membela demokrasi, membela hak asasi manusia, dan menentang genosida," kata Stein, seperti dikutip CNN, Minggu (28/4).
Selama beberapa pekan terakhir, kalangan akademisi di sejumlah universitas ternama AS turut mengadakan aksi serupa.
Namun, aksi tersebut diwarnai oleh penangkapan dan kekerasan dari pihak berwenang hingga mendapat sorotan dunia. Pihak kampus menganggap aksi tersebut dapat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan kampus.
Kampus-kampus di AS yang terlibat aksi demonstrasi pro-Palestina antara lain yakni Brown University, Emory University, Indiana University, University of Southern California, Columbia University, dan Yale University.
Reporter: Newswire
Editor : Muhammad Robby