Hilirisasi industri batu bara. Foto-ESDM |
SUARAMILENIAL.ID, BANJARMASIN - Ekonom Kalimantan Selatan, Dr. Mohammad Zainul setuju jika Indonesia menerapkan program hilirisasi industri.
Bahkan, Wakil Rektor I Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) Banjarmasin itu menilai hilirisasi menjadi sebuah keharusan apabila Indonesia ingin menjadi negara maju.
“Jadi untuk kondisi sekarang kebijakan hilirisasi merupakan sebuah keharusan,” ucap Dr Mohammad Zainul kepada SUARAMILENIAL.ID, Sabtu (24/2) siang.
Pasalnya, kata dia, banyak keuntungan yang didapatkan Indonesia melalui kebijakan hilirisasi industri.
“Misalnya kita menjual bahan baku, mungkin keuntungan yang didapatkan hanya Rp1 ribu. Namun apabila bahan baku itu kita buat barang setengah jadi, maka keuntungan yang didapatkan bisa Rp2 ribu,” katanya.
Selain itu, sambung dia, kebijakan hilirisasi industri juga berimbas terhadap peningkatan lapangan kerja.
“Semakin banyak unit usaha yang dihilirisasi, maka semakin banyak pula penyerapan tenaga kerja,” tegasnya.
Ekonom Kalimantan Selatan, Dr. Mohammad Zainul. Foto-M.Robby/suaramilenial |
Menurutnya, jangan sampai Indonesia hanya menghasilkan bahan baku, namun yang menikmati keuntungan besar justru negara lain.
“Indonesia ini merupakan pasar besar. Selama ini banyak bahan baku yang kita ekspor ke luar negeri. Nanti setelah diolah menjadi bahan jadi, kemudian dikirim lagi ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi,” jelasnya.
Lantas sektor industri apa yang berpotensi dihilirisasi di Kalsel?
Ia menyebutkan ada sederet sektor industri yang memiliki potensi untuk dihilirisasi di Kalsel.
Di antaranya kelapa sawit, batu bara, dan karet.
"Indonesia khususnya Kalsel ini kan kaya akan sumberdaya alam. Tinggal bagaimana komitmen pemerintah untuk mengaktualisasikan kebijakan hilirisasi industri ini," pungkasnya.
Reporter: Tim Redaksi
Editor : Muhammad Robby